Ketika Bunga Bangkai Nomor 76 di Kebun Raya Cibodas Mekar untuk Ketiga Kalinya

Admin CPG, Jakarta – Salah satu koleksi bunga bangkai Kebun Raya Cibodas kembali mekar sempurna pada pukul 00.56 WIB Jumat dinihari, 19 April 2024. Sejak bibitnya disemai pada 2004, bunga langka bernomor koleksi 76 itu tumbuh dan sempat berbunga pada 2016 dan 2020. Artinya, tanaman bernama ilmiah Amorphophallus titanum Becc itu mekar tiga kali dalam dua dekade.

Bunga itu berasal dari induk tanaman koleksi Nomor 28 yang didatangkan dari Sungai Manau di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera Barat. Salah satu kolektor biji bunga tersebut adalah almarhum Subekti Purwantoro, mantan kepala Kebun Raya Cibodas.

Mekarnya Bunga Bangkai Nomor 76 ini seakan menjadi hadiah untuk ulang tahun Kebun Raya Cibodas yang ke-172 pada 11 April lalu. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Destri, mengatakan bahwa ketinggian bunga bangkai yang baru mekar melebihi dua momentum sebelumnya.  

“Tinggi bunga kali ini lebih dari 3 meter dikarenakan pertumbuhan vegetatifnya bagus, sehingga dengan sendirinya menghasilkan umbi yang lebih besar,” katanya melalui keterangan tertulis, Jumat, 19 April 2024.

Menurut data hasil pemantauan unit pengelolaan koleksi ilmiah Kebun Raya Cibodas, tunas bunga bangkai itu muncul dan diamati sejak 16 Februari 2024. Ketika mekar, bunga tersebut memiliki tinggi spadik 310,5 sentimeter (Cm) dan diameter spatanya 161 Cm.

Destri juga menyampaikan bahwa induk bunga bangkai nomor 76 itu diperkirakan sudah berumur 32-35 tahun. Tanamannya tergolong herba perenial.

“Sampai saat ini jumlah koleksi tanaman bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas sebanyak 10 nomor spesimen. Terdiri atas 1 spesimen induk hasil pengoleksian berupa umbi dan 9 spesimen yang merupakan hasil perbanyakan dari biji,” tutur dia.

Iklan

Bunga yang masuk dalam keluarga Araceae atau talas-talasan itu merupakan tanaman endemik asli Sumatera. Tanaman itu pertama kali ditemukan oleh Dr. Odoardo Beccari pada 1878 di sekitar air terjun Lembah Anai, Sumatera Barat.

Amorphophallus titanum memiliki keunikan aroma yang khas, tentunya yang menyerupai bau bangkai. Tanaman itu juga mempunyai perbungaan terbesar di dunia, sehingga dijuluki The Giant Inflorescent in the World. Bentuk perbungaannya menjulang tinggi dengan tongkol atau spadiks yang dikelilingi oleh seludang bunga (spatha), yang saat mekar akan berwarna merah hati.

Periode berbunga tanaman endemik Indonesia ini adalah empat tahun sekali dengan 3 fase pertumbuhan, yaitu fase vegetative (berdaun), fase generative (berbunga) dan fase dorman (istirahat).

Amorphophallus titanium Becc tergolong spesies yang terancam punah berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2018. Keberadaannya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.

Pilihan Editor: Erupsi Gunung Ruang, BNPB: Bandara Manado Masih Ditutup, Pelabuhan untuk Evakuasi dan Distribusi Bantuan