Admin CPG, Jakarta – Aktivitas erupsi di Gunung Ruang, Sulawesi Utara, teramati sudah mengalami penurunan sejak awal bulan ini. Melihat situasi itu, Badan Geologi kembali menurunkan status Gunung Ruang dari Level IV (awas) menjadi Level III (siaga), pada Senin pagi, 13 Mei 2024.
“Pada umumnya kegempaan vulkanik di Gunung Ruang cenderung rendah, lebih didominasi oleh gempa tektonik yang diperkirakan pengaruh dari subduksi Sulawesi Utara dan Subduksi Ganda di Laut Maluku,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dari keterangan resminya Senin. Dia juga menyebut kalau minimnya kegempaan di Gunung Ruang membuat aktivitas erupsi juga turut menurun beberapa hari ini.
Penetapan status gunung api sangat diperlukan untuk meninjau dampak dan pemilihan mitigasi yang cocok ketika terjadi erupsi. Dengan diturunkannya status Gunung Ruang dari Level IV menjadi Level III, maka radius bahaya dan potensi kegempaan di lokasi sekitar gunung dinilai akan minim terjadi.
Data kegempaan yang dicatat Badan Geologi sejak 1 hingga 12 Mei, terjadi sebanyak dua kali gempa erupsi, 19 kali gempa guguran dan 22 kali gempa hembusan. Sedangkan untuk gempa vulkanik dangkal terjadi sebanyak 91 kali, gempa vulkanik dalam sebanyak 29 kali dan 6 kali gempa tektonik lokal.
Gunung Ruang sebelumnya memang sering mengalami penurunan dan kenaikan status level erupsi. Wafid mencontohkan pada erupsi besar 17 April lalu, gunung ini dinaikan statusnya menjadi awas. Lalu pada 22 April diturunkan lagi ke Level II atau siaga. “30 April kembali dinaikkan statusnya akibat erupsi yang disertai hujan batu. Lalu pada hari ini diturunkan kembali karena aktivitas kegempaan dan erupsi sudah mulai mereda,” ujar Wafid.
Iklan
Dengan diturunkannya status erupsi di Gunung Ruang menjadi siaga, bukan berarti pengawasan dan kewaspadaan juga turut diturunkan. Wafid menjelaskan untuk status siaga gunung api, masyarakat dan pengunjung dilarang untuk beraktivitas di dekat gunung dalam radius 4 kilometer dari pusat kawah aktif.
Badan Geologi mengimbau kepada masyarakat dan pemerintah setempat untuk tidak melepas masker hidung dan pelindung mata ketika erupsi terjadi agar mengurangi dampak abu vulkanik yang masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan. “Masyarakat di Pulau Tagulandang, khususnya yang bermukim di dekat pantai, agar mewaspadai potensi lontaran batuan pijar akibat erupsi,” ucap Wafid.
Pilihan Editor: Menjelang PPDB 2024/2025, Simak Jalur yang Tersedia dan Ketentuan Terbaru