Admin CPG, Jakarta – Gempa dengan magnitudo 6,2 dari Samudra Indonesia selatan Jawa Barat pada Sabtu, 27 April 2024, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akibat deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat (intra-slab earthquake).
Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan, gempa seperti itu memiliki karakteristik yang berbahaya. “Salah satunya, lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar,” katanya lewat keterangan tertulis Senin malam, 29 April 2024.
Irwan membandingkan gempa intra-slab itu dengan lindu megathrust. Lokasi sumber gempa megathrust menurutnya jauh dari daratan, namun berpotensi menimbulkan tsunami. Menurut Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu, sumber gempa di perairan selatan Jawa Barat tidak hanya megathrust melainkan juga lindu dari dalam lempeng yang membuat kerusakan signifikan.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat hingga pukul 23.00, Senin, 29 April 2024, sebanyak 10 rumah mengalami rusak berat di Ciamis, Sumedang, Kabupaten Bandung Barat, Pangandaran, dan Kota Tasikmalaya.
Adapun bangunan yang mengalami rusak sedang berjumlh 75 unit. Sebarannya di Sukabumi, Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Subang, Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, Majalengka, dan Bogor.
Sedangkan kerusakan ringan lebih banyak lagi, mencapai 244 unit yang tersebar di 15 kota dan kabupaten. Sebanyak 11 warga juga dilaporkan terluka dengan jumlah masyarakat yang terdampak sebanyak 907 orang.
Iklan
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, guncangan terkuat yang dirasakan banyak orang atau berskala intensitas IV MMI yaitu di daerah Sukabumi dan Tasikmalaya.
Adapun di Bandung dan Garut antara III-IV MMI. Sedangkan daerah lain seperti Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, Banyumas, Cilacap dan Purwokerto, merasakan gempa dengan skala III MMI atau guncangan lindu terasa di dalam rumah seakan ada truk berlalu.
Di sebagian tempat, getaran gempa dirasakan cukup lama, seperti di wilayah Kota Bandung. Menurut Irwan, durasi gempa ikut dipengaruhi faktor lapisan tanah yang lunak. “Ini karakteristik yang khas dari Kota Bandung karena dibangun dari sedimen, ada sedimen danau dan sungai yang menambah durasi dari goncangan,” ujarnya.
Pilihan Editor: Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit