Admin CPG, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengawasi permukaan air laut di kawasan Gunung Ruang, Sulawesi Utara, secara ketat untuk mengantisipasi bahaya tsunami. Potensi gelombang air akibat erupsi terbaru gunung api tersebut sempat dilaporkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
“Sejak mendapat laporan PVMBG, BMKG secara intensif terus memonitor permukaan laut untuk upaya deteksi dini tsunami,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, melalui keterangan tertulis pada Selasa, 30 April 2024.
Untuk pemantauan muka laut, BMKG memakai peralatan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial dan Automatic Weather System Maritim BMKG. Lokasi pemantauannya meliputi kawasan Pulau Siau, Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sangihe, hingga Kota Bitung.
Menurut Daryono, alat itu sudah terintegrasi dengan Sistem Indonesia Tsunami Non Tektonik alias InaTNT. Dari laporan seluruh stasiun pemantau, tidak ada perubahan signifikan pada perairan di sekitar gunung tersebut. Dia mengimbau masyarakat tetap waspada dan tidak terpengaruh oleh hoaks.
Sejarah Kelam Tsunami Gunung Ruang
Menurut Daryono, dampak letusan Gunung Ruang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada 1871, erupsi gunung di Kabupaten Kepulauan Sitaro itu sempat memicu tsunami yang menewaskan sedikitnya 400 penduduk. Ketinggian sapuan air saat itu diperkirakan mencapai 25 meter.
Pemantauan muka laut selama erupsi Gunung Ruang kini menjadi sangat urgen. “Untuk mengantisipasi dan mengeluarkan peringatan dini jika potensi tsunami terjadi,” katanya.
Dia menjamin teknologi BMKG sudah terintegrasi dengan berbagai data observasi permukaan laut. Tim BMKG juga memakai algoritma detektor untuk mendeteksi anomali muka laut.
Iklan
Radus Bahaya menjai 7 Kilometer
Badan Geologi sebelumnya memperluas radius daerah bahaya letusan Gunung Ruang yang kini dalam status Level IV atau Awas dari 6 kilometer menjadi 7 kilometer.
“Berdasarkan yang kami amati perkembangan Gunung Ruang semalam hingga dini hari tadi bahwa memang batu-batuan material erupsi mencapai daerah yang cukup jauh radiusnya,” kata Penyelidik Bumi Madya Badan Geologi, Hetty Triastuty, dalam konferensi pers daring, Selasa kemarin.
Hetty menyebutkan kemungkinan adanya penambahan pengungsi seiring perluasan radius bahaya tersebut. “Bisa jadi ada penambahan tapi kami belum dapat informasi detailnya,” kata dia.
Menurut Hetty, erupsi Gunung Ruang sudah relatif melemah pada Senin sore, 29 April 2024. Namun muncul erupsi dengan kekuatan yang lebih besar pada Selasa dinihari.
Pilihan Editor: Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate