Admin CPG, Bandung – Peralatan pemantauan Gunung Awu di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, merekam rentetan gempa vulkanik dalam sepekan terakhir, yang juga bertepatan dengan masa libur Lebaran. Jumlah gempa-gempa itu, baik vulkanik dalam maupun dangkal, berfluktuatif dan di atas kondisi normal.
Rentetan gempa itu antara lain lima kali gempa vulkanik dalam dan 46 gempa vulkanik dangkal pada Rabu 10 April 2024, pukul 18.12-18.54 WITA. Juga sekali vulkanik dalam dan lima kali vulkanik dangkal pada keesokan harinya, pukul 22.46-22.53 WITA.
Pada 12 April 2024 terekam dua kali. Yang pertama sepanjang pukul 09.42 sampai 09.57 WITA, yakni sebanyak satu kali gempa vulkanik dalam dan 14 kali gempa vulkanik dangkal. Lalu pukul 12.11-12.21 WITA yang merekam tiga kali gempa vulkanik dalam dan 11 kali gempa vulkanik dangkal.
Pada 12 April pula terekam dua kali gempa tektonik lokal. “Pada hari itu terpantau peningkatan energi gempa yang terdeteksi dari grafik RSAM,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, lewat keterangan tertulis Badan Geologi, Sabtu 13 April 2024.
Sedang pada hari ini, Sabtu 13 April 2024, masih terekam rentetan gempa vulkanik. Pada pukul 02.43 WITA terekam delapan kali gempa vulkanik dangkal, lalu pukul 04.24 WITA sebanyak enam gempa vulkanik dangkal dan juga satu gempa tektonik lokal.
Menurut Wafid, berdasarkan pemantauan deformasi tubuh Gunung Awu dengan peralatan Tiltmeter di Stasiun Kolongan dan Stasiun Puncak, ada inflasi atau peningkatan tekanan sejak 25 Februari 2024. Sementara dari pengamatan visual belum mendapati adanya manifestasi embusan asap ke permukaan.
“Secara visual belum ada indikasi peningkatan gas atau asap dari kawah Gunung Awu,: kata Wafid lagi.
Dia menambahkan, dari pengamatan visual, kegempaan, dan deformasi didapati instrusi magma di kedalaman menuju permukaan. Kemunculan gempa tektonik lokal berintensitas besar juga disebutnya dapat memicu peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Awu.
“Perlu diwaspadai kejadian gempa-gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif,” kata dia.
Potensi Erupsi Gunung Awu
Iklan
Potensi bahaya Gunung Awu yang mungkin terjadi, Wafid menerangkan, berupa erupsi magmatik eksplosif yang dapat menghasilkan lontaran material pijar dan aliran piroklastik. Tapi bisa juga magmatif efusif yang dapat menghasilkan aliran lava maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunung api maupun material erupsi.
“Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan,” katanya sambil menambahkan potensi bahaya lainnya berupa emis gas gunung api seperti CO, CO2, H2S, N2, dan CH4. “Dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman.”
Kendati demikian, Badan Geologi belum menaikkan status Gunung Awu. Saat ini status aktivitas gunung api itu masih dipertahankan di Level II atau Waspada dengan rekomendasi agar masyarakat dan pengunjung tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah puncak Gunung Awu.
“Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya,” kata Wafid.
Gunung Awu yang memiliki ketinggian 1.320 meter di atas permukaan laut berada di Pulau Sangihe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung tersebut tercatat memiliki interval erupsi berkisar 1 hingga 101 tahun.
Erupsi terakhir terjadi pada Juni 2004 berupa erupsi magmatik menghasilkan kolom erupsi setinggi 3 ribu meter di atas puncaknya. Status aktivitas Gunung Awu ditetapkan dalam status Level II atau Waspada sejak 25 Agustus 2022.
Pilihan Editor: Maret 2024 Menjadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Bulan Terpanas