Admin CPG, Jakarta – Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Adrin Tohari mengatakan faktor utama penyebab longsor di jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Bocimi adalah sistem drainase yang tidak memadai untuk mengalirkan air hujan. Akibatnya air hujan melimpas ke lereng timbunan yang menjadi abutmen jembatan. “Menyebabkan penjenuhan lereng tersebut sehingga longsor,” katanya, Kamis malam, 4 April 2024.
Selain itu,menurutnya, juga faktor lapisan tanah abutmen atau lapisan tanah asli atau timbunan di sisi ujung jembatan yang kurang padat. Akibatnya lapisan tanah itu tidak mempunyai kekuatan yang tinggi untuk menjaga lereng tetap stabil ketika terjadi penjenuhan oleh air hujan. Peneliti yang risetnya berfokus antara lain pada mekanika tanah tak jenuh, tanah longsor yang disebabkan oleh curah hujan, dan likuifaksi itu menyebutkan beberapa solusi.
Pertama melakukan konstruksi ulang lapisan tanah abutmen dengan pemadatan yang baik dan benar. “Jika perlu menggunakan perkuatan geotekstil atau geogrid,” kata Adrin. Cara kedua, yaitu menutup permukaan lereng abutmen dengan memasang batu atau perkuatan di kaki lereng dengan dinding penahan atau bronjong. “Kemudian konstruksi sistem atau jejaring drainase yang tepat, sesuai dengan volume air hujan yang mengalir dari badan jalan,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau tol Bocimi mengalami longsor di Km 64 arah Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu malam, 3 April 2024. Sebuah mobil terperosok ke dalam lubang dengan panjang lebih dari 4 meter dan mengakibatkan dua orang terluka.
Kejadian itu ikut dianalisis Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat sebagai salah satu dampak cuaca ekstrem di Jawa Barat pada Rabu. Paling tidak pada hari itu tercatat lima kejadian longsor dan banjir di daerah Bogor, Sukabumi, dan Depok. Adapun longsor di tol Bocimi dilaporkan terjadi sekitar pukul 18.30, yang mengakibatkan jalan amblas hingga terbentuk lubang besar.
Iklan
Berdasarkan interpretasi citra radar diketahui pertumbuhan bibit awan konvektif di perbatasan Kabupaten Bogor bagian selatan dan Kabupaten Sukabumi bagian utara mulai pukul 10.11 WIB. Bibit awan itu kemudian berkembang ke tahap matang dengan tipe awan yang relatif lokal pukul 10.43 – 12.15 WIB dan bergerak menuju barat. Secara bertahap pada pukul 15.39 WIB terpantau kembali bibit awan konvektif di bagian selatan perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.
Saat itu awan tumbuh dengan massif dan luas hingga menutupi wilayah Caringin hingga Cicurug pada pukul 15.47 – 19.47 WIB, dan kemudian terpantau perlahan meluruh mulai pukul 19.55 WIB. “Kondisi awan pada kategori tersebut mengindikasin terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat di sekitar wilayah Caringin, Kabupaten Bogor bagian selatan dan Cicurug, Kabupaten Sukabumi bagian utara pada waktu sore dan malam hari,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat Rakhmat Prasetia, lewat keterangan tertulis, Kamis.
Selain itu berdasarkan interpretasi citra radar dan data pengukuran hujan yang terdekat dengan lokasi terdampak, diketahui pada saat sebelum kejadian banjir dan tanah longsor Rabu, terjadi hujan dengan intensitas sangat lebat hingga esktrem. Hujan berlangsung selama tiga hari sebelumnya secara berturut-turut dengan intensitas ringan hingga sedang. “Kondisi tersebut dapat menyebabkan tanah menjadi lebih labil dan menjadi semakin rawan longsor,” kata Rakhmat.
Pilihan Editor: Fakta-fakta Gerhana Matahari Total Amerika dan Cuaca Jalur Mudik Jawa Barat di Top 3 Tekno